Pages

Thursday, January 12, 2017

Renungan Zona Nyaman

Saya pengin perjalanan ini terasa cepat karena nggak mau lama-lama berada di luar zona nyaman. Rasanya ini bisa membunuh saya pelan-pelan, dengan kematian seperti tercekik asap kebakaran rumah. Nggak peduli apa yang dikatakan orang tentang "keluar zona nyaman", sampai saat ini saya masihlah orang yang sangat mencintai rumah. Sampai-sampai mengucap, mengetik, dan mengeja kata "rumah" bikin saya nangis saking kangennya. Nggak heran ya, mengingat saya orangnya homebody garis keras. Untuk saat ini saya masih berpikiran, mau ke mana pun dan sejauh apa pun saya pergi, saya nggak akan pernah suka meninggalkan zona nyaman terlalu lama. Sebab rasanya seperti disiksa pelan-pelan.

Pada saat yang sama, baru dua atau tiga hari tinggal di kota asing ini, saya juga menyadari bahwa zona nyaman itu sebenarnya nggak bisa ditinggalkan. Zona nyaman itu bagian dari pikiranmu, menyatu dengan sel-sel di sekujur tubuhmu dan menggerakkanmu untuk memilih makanan yang sudah familier dengan lidahmu, mengarahkanmu untuk pergi ke Seven Eleven alih-alih toko kelontong lokal, membawa Indomie dan abon sapi dari tanah air, mengenakan baju-baju yang sama setiap hari, memilih jalan-jalan yang paling tidak pernah kamu lalui satu kali ke mana pun kamu pergi. Zona nyaman itu segala hal yang membuatmu nyaman dalam menjalani kehidupan sehari-hari, di mana pun kamu berada. Dan saya mendapatkan pemikiran ini ketika saya sadar telah menghabiskan waktu nyaris seharian berada di dalam kamar di apartemen si Tante. Meskipun baru satu hari berada di situ, itulah zona nyaman baru saya. Meskipun berbeda tempat, mulai dari kota sampai negara, rasanya nyaman seperti di rumah sendiri. Perasaan nyaman seperti itu kan yang menumbuhkan zona nyaman?

Tadi malam, akhirnya saya pindah ke dorm juga. Zona nyaman saya berganti. Kali ini bukan kamar menyerupai kamar hotel berfasilitas lengkap mulai dari AC sampai kamar mandi pribadi seperti yang ada di apartemen si Tante. Kamar saya sekarang tak lebih dari shared bedroom kos-kosan biasa, yang pendinginnya kipas angin, tempat tidurnya bertingkat, cahaya lampunya redup, tidak berjendela, dan kamar mandinya harus berbagi dengan exchange participant lainnya. Dalam keadaan seperti itu, di manakah zona nyaman saya? Ya tempat tidur saya sendiri, satu-satunya ruang yang menjadi milik saya sendiri di tempat ini. Sesempit itu, tetapi bisa saya tempati seharian penuh seperti di kamar sendiri kalau saja tidak ada kegiatan lain yang mengharuskan saya pergi dari situ.

Ini kurang lebih pemahaman baru saya soal zona nyaman. Ke mana pun kamu pergi, di mana pun kamu berada, zona nyaman itu selalu ada, sekecil apa pun itu. Dan untuk keluar zona nyaman pun sebenarnya nggak harus jauh-jauh sampai ke luar negeri. Bahkan buat saya, keluar dari rumah untuk ke kampus saja namanya sudah meninggalkan zona nyaman.

Date 2017.01.12
Location Dormitory
Music Exchange participants from Indonesia having a chat with a native.

No comments:

Post a Comment