Pages

Thursday, February 23, 2017

Otw Hidup Enak

Jogja panas banget. Tipikal musim hujan.

Lho, kok tiba-tiba Jogja? Bukan Makati?

Oh, iya, dong. Aku udah pulang :D Minggu malam berangkat dari Manila, Senin dini hari sampai di Jakarta, paginya terbang ke Jogja dan udah dua hari ini aku kembali beraktivitas di kampus tercinta. Dan aku merasa... nggak banyak mikir. Dua hari ini aku ngapain, ya? Cuma inget ngerjain tugas doang. Oh, kemarin sepulang kuliah aku iseng mampir ke Gramedia buat lihat-lihat buku dan pernak-pernik alat tulis (dan dekorasi) lucu. Malemnya di rumah nugas lagi (dan belajar bahasa Korea), trus nonton anime sampai ngantuk.

Rasanya kayak time is slipping. Lebih singkat dari yang biasanya kurasakan. Apa karena sebagian besar waktuku digunakan untuk nugas, ya? Kan dulu aku gabut banget, suka nunda-nunda tugas. Sekarang aku nggak mau kayak gitu lagi. Mungkin karena trauma dapet nilai jelek. Wih, kedengarannya nggaya banget. Tapi aku memang jenis orang yang peduli sama nilai. Pedulinya nggak sampai "harus A semua demi jadi nomor satu sedunia", tapi pokoknya peduli aja biar hidup lebih gampang. Nggak disindir orangtua, nggak minder sama temen, nggak susah cari beasiswa/kerja. Also I want to live up to my image--people see me as a hardworking person, someone who is smart, sharp, and diligent. "Someone who's capable of doing great things" kalau kata Mou. Aku kayak udah sampai di titik di mana aku harus dengerin apa yang dunia pikirkan dan katakan tentang diriku untuk mencari tahu sekaligus membentuk diriku yang sebenarnya. Kan ada tuh yang bilang "Jangan dengerin apa kata orang, jadilah dirimu sendiri saja. Be true to yourself." I didn't know which parts of me were my true self anymore, to the point where I couldn't tell what makes me me. At that point, the tables were flipped. Kamu sendiri bingung kamu ini orang yang kayak gimana, gimana mau "be true to yourself"? Daripada semakin bingung karena menghindari "apa kata orang" saking gengsinya nggak mau jadi seperti apa yang orang lain "harapkan", aku banting setir aja: Gimana kalau coba dengerin mereka dulu? Siapa tahu mereka benar? Atau setidaknya dijadikan petunjuk, apalagi kalau hal-hal yang orang lihat dari kamu itu positif dan keren semua. Maka jadilah aku sekarang, berusaha menjadi orang yang menurut A pinter, menurut B rajin, menurut D pinter bahasa Inggris. Tapi tetep lihat-lihat kondisi juga, sih. Aku nggak mau jadi orang yang kata E jago karya ilmiah karena memang pada kenyataannya aku nggak pernah dan nggak tertarik bikin karya ilmiah. Kan tujuanku tuh untuk menemukan "true self", bukan jadi orang fake :)

Aku udah semester empat sekarang. Tahun depan udah skripsi aja, dan aku udah mulai mikirin kerja. Bukan kerja sih. Lebih tepatnya cari duit sendiri. Ada seribu satu alasan yang membuat seseorang mulai kepengin cari duit sendiri. Ada temen yang kerja di kafe dan toko roti, ada temen yang kerja sebagai seniman (nyanyi, nyinden, pelatih, teater), ada yang berbisnis (banyak!), ada yang ngajar, ada juga yang serabutan tapi nggak jauh-jauh dari event organizing. Njuk aku dadi mikir, aku tahu banget kalo tanpa mencoba pun aku nggak punya ketertarikan apalagi kemampuan di bidang-bidang (?) itu. Lalu apa yang bisa kulakukan untuk menghasilkan uang? Satu-satunya skill-ku yang bisa kuandalkan adalah nulis, dan aku ini jenis orang yang bisanya menyumbangkan pikiran, bukan tenaga. Kemudian aku kepikiran koar-koar "Nulis tuh jangan buat cari duit" dan tiba-tiba muncul ide: Gimana kalau aku melakukan yang sebaliknya? Gimana kalau aku nulis untuk cari duit? Apa aku menjadi orang yang kemakan omonganku sendiri? Not really. I don't feel that way. Nulis tuh oke-oke aja buat cari duit, asal kualitas tulisan juga dikembangin, nggak cuma asal nulis. Kalau memang lagi belajar nulis, cari duit terasa kurang pas untuk jadi motivasi. Lah kalau nulisnya udah pinter, masa nggak boleh dimanfaatkan untuk menghasilkan uang? Sejujurnya aku udah merasa tulisanku bagus, cukup bagus untuk menyuntik rasa percaya diri dan dimuat di media. Tapi itu lebih ke secara teknis, sih. Tata bahasa dan lain sebagainya. Soal eksekusi ide dan konten... saya ndak tau... mungkin aku nggak akan pernah berhenti belajar dan nggak akan pernah merasa bagus apalagi pinter soal yang satu ini. Tapi inilah tantanganku sekarang. Akademisi dan peneliti bekerja dengan tulisan. Aku satu-satunya orang yang pengin kerja jadi peneliti di antara enam mahasiswa yang ngobrolin gimana caranya cari duit sambil makan di Kantin Bonbin tadi pagi. Lima lainnya pengin ngebisnis. Aku masih nggak tahu--bener-bener nggak tahu--mau nulis apa, but I'll figure it out. It'll take time, but I don't want to rush either. Sambil jalan, aku mau baca sebanyak-banyaknya. Brainstorm sesering-seringnya.

di Kantin Bonbin

Pada kenyataannya kita semua manusia sama-sama mengejar kehidupan yang enak dan menyenangkan. Tapi aku nggak mau enak-enak selamanya, apalagi kalau itu tidak membuatku berkembang. Aku suka tantangan intelektual, yang membuatku berpikir, mempertanyakan hal-hal yang lebih besar daripada eksistensiku di dunia ini, membuka dan melebarkan mata untuk segala macam ilmu pengetahuan yang sering kali dijauhi manusia-manusia negeri ini karena dianggap membosankan dan kurang praktis. Aku mau memilih jalan sebagai peneliti, maka pantas jika kehidupan kuliahku banyak diisi dengan membaca dan berdiskusi. Dibilang "mahasiswa kupu-kupu" ya terserah, lha wong memang dengan cara menjadi "kupu-kupu" itulah tujuan hidupku bisa tercapai. Dengan cara yang seperti itulah hidupku bisa enak dan menyenangkan. Ngapain menyiksa diri sendiri hanya demi mengikuti society di saat kamu punya hak untuk mendesain hidupmu sendiri?

* * *

Siang ini aku mengganti wallpaper laptop dengan gambar peta dunia resolusi tinggi. Siang ini juga aku ngobrol-ngobrol sama temen-temen soal konspirasi flat earth dan di saat dia kesusahan menjelaskan rekayasa rute penerbangan, aku langsung bilang, "Nih, nih, bentar. Kebetulan wallpaper-ku peta dunia," kemudian penjelasannya menjadi lebih mudah dimengerti karena diilustrasikan dengan peta dunia di layar laptopku. Sorenya aku ngobrol-ngobrol lagi sama temen tentang hal-hal kenegaraan yang menyebutkan letak Vietnam, Korea Utara, dan Great Wall Tiongkok, dan lagi-lagi wallpaper peta dunia itu membantu menjadi ilustrasi. "Coba buka desktop, deh. Kebetulan wallpaper-ku peta dunia." Ini hal kecil yang sebenarnya sangat remeh, tapi entah mengapa membuatku senang. Aku cinta peta dunia. Peta dunia itu sangat indah dan berguna.


* * *

Alhamdulillah sekali, dua hari terakhir ini aku sangat produktif (dalam belajar). Semoga terus berlanjut dan menjadi kebiasaan sampai-sampai akan terasa aneh jika tiba-tiba gabut nggak punya kerjaan.



Date 2017.02.23
Location Campus - Home
Music Dubstep & Gaming Music playlist by Avanza on Spotify

No comments:

Post a Comment